Jakarta – Kandungan lemak jahat Untuk Energi babi menjadi kekhawatiran tersendiri, terlepas Untuk status non halal Untuk umat muslim. Untuk Kementerian Kesejaganan (Kemenkes) RI, Energi apapun yang tidak sehat tetap perlu dibatasi.
Direktur Upaya Mencegah dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes RI, dr Siti Nadia Tarmizi, menegaskan fokus utama Untuk Energi bukan Untuk sumbernya melainkan pola konsumsinya. Bukan cuma Energi babi, Energi yang lain juga bisa mengandung lemak jahat.
“Yang pasti kita harus jaga bagaimana lemak trans ya, itu adalah asam lemak tidak jenuh, itu yang penting,” terang dr Nadia Pada dihubungi detikcom, Sabtu (31/5/2025).
“Kalau asalnya apakah Untuk babi atau Untuk sawit, atau Untuk yang lainnya, itu kita tidak melihat Untuk sumber asalnya. Tapi yang penting konsumsi lemak trans, ya asam lemak tidak jenuh, itu yang kita batasi,” sambungnya.
Seperti yang diketahui, asam lemak tidak jenuh memang menjadi faktor risiko Penyakit jantung. Konsumsi yang berlebihan dapat Memperbaiki berat badan, maupun gangguan Ke sistem kardiovaskular.
“Karena Itu sebenarnya sama saja (sumbernya), yang penting hasil akhirnya. Karena Itu, kita tahu bahwa dia itu asam lemak transnya itu berisiko menimbulkan Penyakit, seperti jantung koroner,” kata dr Nadia.
“Karena Itu, yang penting adalah batas konsumsi Untuk asam lemak tidak jenuh, itu yang harus diikuti,” pungkasnya.
(sao/up)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Soal Dampak Energi Babi Sebagai Kesejaganan, Ini Kata Kemenkes