Jakarta –
Banyak orang tua yang Mengkritik anaknya susah makan. Ada yang menolak sayur, hanya mau Minuman tertentu, atau Malahan menutup mulut Pertemuan-Pertemuan setiap kali disuapi. Situasi ini sering membuat orang tua bingung sekaligus khawatir, terutama ketika berat badan anak tidak kunjung naik sesuai harapan.
Ke balik masalah ini, ada dua istilah yang sering muncul, yakni feeding difficulty dan picky eating. Keduanya sama-sama berkaitan Bersama tantangan makan Ke anak, tetapi sebenarnya Memiliki arti dan konsekuensi yang berbeda.
Apa Bedanya Feeding Difficulty Bersama Picky Eating?
Dikutip Untuk UNICEF, istilah feeding difficulties atau kesulitan makan mencakup pengertian yang luas, Bersama tingkat keparahan dan kompleksitas yang bisa sangat bervariasi Ke setiap anak, tergantung kebutuhan individunya. Kesulitan makan dapat muncul Untuk berbagai bentuk, seperti menolak makan, hanya memilih Minuman tertentu (selectivity), atau asupan Minuman yang sangat sedikit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada, studi yang dipublikasikan Ke Korean Journal of Pediatrics yang berjudul ‘How to Approach Feeding Difficulties in Young Children’, menjelaskan kesulitan makan (feeding difficulty) adalah istilah ‘payung’ yang mencakup semua masalah makan, tanpa memandang penyebab, tingkat keparahan, maupun konsekuensinya. Istilah ini meliputi berbagai masalah yang memengaruhi proses pemberian makan Ke anak.
Manifestasinya bisa berupa waktu makan yang sangat lama, penolakan Minuman, suasana makan yang penuh gangguan dan Tekanan, tidak adanya kemampuan makan mandiri sesuai usia, kebiasaan makan Ke malam hari Ke bayi dan balita, penggunaan distraksi Sebagai Memperbaiki asupan, menyusu atau minum susu botol yang berkepanjangan Ke balita dan anak yang lebih besar, hingga kegagalan Untuk mengenalkan tekstur Minuman yang Bersama Detail.
Penyebab Feeding Difficulty
Adapun penyebabnya sulit makan Ke anak beragam dan multifaktor, mulai Untuk perilaku hingga Situasi biologis atau medis yang mendasarinya. Beberapa tantangan yang dapat memicu feeding difficulties Ke anak Di lain gangguan pemrosesan sensorik, keterikatan (attachment) yang kurang baik, kesulitan mengoordinasikan hisap dan telan, hisapan yang lemah, kebiasaan makan yang sangat selektif, asupan Minuman yang terbatas, Situasi tongue tie, hingga gangguan oral-Kendaraan Bermotor Roda Dua yang bisa berujung Ke aspirasi dan rasa takut tersedak.
Malahan sulit makan yang dialami anak bisa disebabkan Bersama faktor lingkungan, khususnya keluarga. Dikutip Untuk laman Ikatan Praktisi Medis Anak Indonesia (IDAI) penyebab yang paling banyak dijumpai adalah pemberian Minuman Bergizi yang kurang tepat mengenai komposisi Minuman, tekstur maupun tata cara pemberiannya.
Indonesia terdiri Untuk berbagai macam etnik yang Memiliki beragam kultur dan Kebiasaan. Perilaku orang tua memegang peranan paling penting Untuk praktik pemberian makan Ke anak. Hal ini dipengaruhi Bersama latar Di sosial Kebiasaan Global serta adat istiadat orangtua/keluarga itu sendiri.
Sebagai contoh anak dipaksa meminum jamu-jamuan yang dipercaya dapat menambah nafsu makan, Akan Tetapi justru menimbulkan trauma mendalam Ke psikologis anak yang berakibat Lebihterus sulit makan.
Senada, Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), pakar Minuman Bergizi dan Penyakit metabolik anak, paksaan justru bisa memicu trauma makan yang berdampak panjang Ke tumbuh kembang anak.
“Kalau dia sudah tidak mau makan, ya sudah stop. Minimal, maksimal lamanya makan itu hanya setengah jam. Sesudah itu stop. Kenapa? Biar anaknya belajar bahwa waktu makan itu nggak sepanjang mau dia, ada waktunya,” ujarnya Untuk wawancara Bersama detikcom, Kamis (17/9/2025).
Pengertian Picky Eater
Sambil picky eating atau picky eater merupakan istilah yang lebih spesifik. Picky eater berarti anak mau mengonsumsi berbagai jenis Minuman baik yang sudah maupun yang belum dikenalnya tapi menolak mengonsumsi Untuk jumlah yang cukup.
Selain jumlah yang tidak cukup, picky eater pun berhubungan Bersama rasa dan tekstur Minuman. Walaupun pilih-pilih Minuman, picky eater masih mau mengonsumsi minimal satu macam Minuman Untuk setiap kelompok karbohidrat, protein, sayur/buah dan susu. Misalnya, walaupun anak menolak makan nasi, tapi ia masih mau makan roti atau mi.
Picky eater juga masih merupakan fase normal Untuk perkembangan seorang anak, lain halnya Bersama selective eater yang mengakibatkan anak berisiko Merasakan defisiensi makro atau mikronutrien tertentu.
Penyebab Picky Eater
Menurut studi yang dipublikasikan Ke Cambridge University Press yang berjudul ‘Picky Eating in Children: Causes and Consequences’, picky eating paling banyak ditemukan Ke anak usia Disekitar 3 tahun. Faktor yang Meramalkan seorang anak Berencana menjadi picky eater Ke usia prasekolah dapat muncul Ke tiga fase berbeda:
- Sebelumnya dan Pada kehamilan
- Fase awal pemberian makan (tahun pertama kehidupan, mencerminkan praktik makan awal)
- Tahun kedua kehidupan (mencerminkan gaya pengasuhan makan orang tua seiring meningkatnya kemandirian anak).
Faktor-faktor ini juga bisa dikategorikan menjadi tiga kelompok, yakni faktor Yang Terkait Bersama anak, faktor Yang Terkait Bersama orang tua/pengasuh, serta faktor Komitmen anak-orang tua.
“Studi Ke Australia Menunjukkan bahwa pola makan sehat ibu ketika anak berusia 1 tahun Meramalkan konsumsi sayur anak Pada berusia 2 tahun. Ke usia 2-4 tahun, pola makan sehat ibu juga Yang Terkait Bersama Bersama rendahnya prevalensi picky eating satu tahun Setelahnya Itu. Sebagai Alternatif, tekanan Untuk orang tua agar anak makan justru Memperbaiki risiko picky eating, terutama bila disertai kekhawatiran anak terlihat kurus,” demikian kata keterangan studi tersebut.
Dampak Feeding Difficulty dan Picky Eating
Picky eating umum terjadi Ke anak kecil dan biasanya berkurang seiring bertambahnya usia, Sambil feeding difficulty dapat menetap, yang menyebabkan kekurangan Minuman Bergizi, masalah Kemajuan, dan tantangan psikososial.
Studi yang diterbitkan Ke Jurnal Ilmiah Keadaan yang berjudul’ Faktor-Faktor Yang Berhubungan Bersama Perilaku Sulit Makan Ke Balita Ke RW 001 Kelurahan Jatinegara Jakarta Timur’ mengemukakan anak yang sulit makan atau pilih-pilih Minuman (picky eater) cenderung Merasakan kekurangan berat badan, terutama Ke anak Ke bawah usia lima tahun.
“Jika kebiasaan pilih-pilih Minuman tidak segera diatasi, maka anak dapat Menyusun
selera Di Minuman tertentu dan Mungkin Saja tidak Merasakan Minuman Bergizi yang cukup,Supaya dapat mempengaruhi status gizi mereka,” demikian bunyi studi tersebut.
Begitu juga studi yang diterbitkan Ke Frontiers Bersama judul ‘The influence of family in children’s feeding difficulties: an integrative review’ menjelaskan kesulitan makan (feeding difficulties) tidak hanya terjadi Ke anak yang sehat, tetapi juga sering ditemukan Ke anak Bersama Situasi medis tertentu.
Sebagai contoh, anak Bersama atresia esofagus kerap Merasakan tantangan makan yang signifikan, yang berdampak Ke Kemajuan dan asupan Minuman Bergizi. Juga, anak Bersama cerebral palsy sering Berusaha Mengatasi masalah seperti Minuman keluar Untuk mulut, tersedak, dan muntah, yang berhubungan Bersama defisit tinggi-berat badan serta kebutuhan intervensi seperti gastrostomi.
Ke Pada Yang Sama, anak Bersama down syndrome Memiliki defisit motorik dan kognitif yang memengaruhi kemampuan mengunyah dan menelan, Supaya membutuhkan adaptasi Pola Makan serta Pemberian khusus Sebagai mencegah komplikasi gizi.
“Untuk semua Peristiwa Pidana Hukum tersebut, intervensi yang dipersonalisasi, termasuk terapi wicara, bimbingan gastroenterologi, dan panduan Minuman Bergizi, sangat penting Sebagai mengoptimalkan asupan kalori, mencegah malnutrisi, serta Memperbaiki Mutu hidup,” tutur studi tersebut.
IDAI juga mengatakan sulit makan berkepanjangan berakibat menurunnya asupan kalori yang dibutuhkan Supaya dapat memengaruhi Kemajuan dan perkembangan anak. Dampak sulit makan Ke awalnya berpengaruh Di berat badan (tetap/dapat turun) Setelahnya Itu Berencana memengaruhi tinggi badan serta status gizi. Pemeriksaan status gizi dilakukan Bersama pengukuran antropometri meliputi berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala.
Dilakukan pula pemeriksaan fisik lainnya yakni masalah gigi geligi, mulut, kemampuan menelan atau bila terdapat gangguan neurologis yang Mungkin Saja dapat mengganggu proses makan. Berbagai hal yang mengganggu proses makan ini harus dideteksi sedini Mungkin Saja dan segera diatasi sesuai penyebab yang mendasarinya.
Menurut Peraturan Pejabat Tingginegara Keadaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019, anak-anak berusia Di 1-3 tahun harus mengonsumsi sumber energi Disekitar 1350 kkal per hari. Jumlah tersebut sesuai Bersama kebutuhan usia dan tingkat Kegiatan fisiknya.
IDAI mengatakan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan Sebagai mengatasi anak yang Merasakan kesulitan makan, salah satunya menerapkan feeding rules. Bersama menerapkan feeding rules Ke anak-anak, maka mereka Berencana memperoleh Minuman Bergizi yang dibutuhkannya Pada masa tumbuh kembang Bersama cukup. Kecukupan Minuman Bergizi ini ditandai Di lain Bersama berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala yang normal.
Ketiga hal ini, berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala, juga merupakan indikator tumbuh kembang yang perlu dikenali. Memahami ketiga indikator tersebut dapat membantu deteksi dini jika terjadi gangguan Ke tumbuh kembang anak.
Penerapan feeding rules menurut IDAI dilakukan Bersama mengatur jadwal makan, menciptakan kenyamanan suasana, dan menerapkan prosedur makan yang tepat.
1. Jadwal Makan
- Jadwal Minuman utama dan Minuman selingan (snack) yang teratur
- Pemberian makan sebaiknya tidak lebih Untuk 30 menit
- Pemberian ASI atau susu hanya 2-3 kali sehari
- Jangan menawarkan camilan yang lain Pada makan kecuali minum
2. Lingkungan yang Nyaman
- Lingkungan yang menyenangkan (tidak boleh ada paksaan Sebagai makan)
- Siapkan serbet Sebagai alas makan agar tidak berantakan
- Tidak ada distraksi (mainan, Tv, Gadget permainan elektronik) Pada makan
- Jangan Memberi Minuman sebagai hadiah
3. Prosedur Makan
- Berikan Minuman Untuk porsi kecil
- Berikan Minuman utama dulu, Mutakhir diakhiri Bersama minum
- Dorong anak Sebagai makan sendiri
- Bila anak Menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis), tawarkan kembali Minuman secara netral, yaitu tanpa membujuk ataupun memaksa
- Bila Setelahnya 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, akhiri proses makan
- Hanya boleh membersihkan mulut anak jika makan sudah selesai
Ke Samping pengaturan jadwal, IDAI juga menyarankan Sebagai melakukan responsive feeding Lantaran Pada pemberian makan bukan hanya Minuman yang diberikan, tetapi juga pembelajaran dan kasih sayang. Orangtua harus peka Di bahasa tubuh anak-kenali tanda lapar dan kenyang.
Perlu diketahui Bersama para orangtua bahwa anaklah yang menentukan jumlah Minuman yang dibutuhkannya. Lakukan kontak mata dan berbicaralah Bersama anak. Semangat anak Sebagai mencoba makan sendiri, damping anak Pada proses makan berlangsung. Anak dapat diajak makan bersama keluarga Supaya dia belajar bagaimana seharusnya makan Bersama mencontoh orang Ke sekitarnya.
Senada, Prof Damayanti mengatakan, aturan makan atau feeding rules serta responsive feeding sebaiknya diterapkan Sebelum dini. Malahan Sebelum masa menyusui pun sebenarnya sudah ada aturan makan.
Bersama Cara Itu, anak Berencana terbiasa makan sesuai jadwal dan lebih mandiri Untuk menentukan kapan dirinya sudah cukup makan.
“Menerapkan feeding rules mengajari anak bertanggung jawab Bersama kecukupan jumlah makanannya Untuk waktu 30 menit. Jika dia hanya makan sedikit pengasuhnya tidak Berencana Memberi Di jam makan, Kendati dia memaksa Bersama tantrum cukup diberitahu jadwal makan berikutnya tanpa harus marah-marah,” ucap Prof Damayanti.
Bersama pola makan yang konsisten dan penuh responsivitas, anak Berencana belajar disiplin tanpa merasa tertekan. Sebagai Alternatif, paksaan justru berisiko menimbulkan trauma yang membuat anak Lebihterus sulit makan, Malahan menolak Minuman tertentu Ke Setelahnya Itu hari.
Hal ini juga didukung Bersama studi yang dipublikasikan Ke International Conference on Public Health (ICPH) yang berjudul ‘Relationship Between Basic Feeding Rule Applied by Parents and Eating Difficulties of Children Under Five Years of Age in Kediri, East Java’. Kesimpulan Untuk studi tersebut mengatakan, aturan pemberian makan dasar atau feeding rules yang kurang Untuk orang tua Memperbaiki kejadian kesulitan Ke anak balita.
Orang tua juga perlu memerhatikan Minuman Bergizi Ke anak Pada menerapkan feeding rules. Menurut Prof Damayanti, protein hewani adalah Minuman Bergizi yang wajib ada Untuk menu makan anak sehari-hari.
“Harus protein hewani. Kenapa? Lantaran asam amino esensialnya lengkap. Asam amino esensial itu nggak bisa diproduksi badan kita sendiri,” jelasnya.
Dibandingkan protein nabati, protein hewani lebih mudah diserap tubuh sekaligus kaya mikronutrien penting, mulai Untuk zat besi, vitamin D, omega-3, hingga zinc. Semua zat ini berperan Untuk mendukung fungsi otak, sistem Kekebalan, serta Kemajuan sel dan organ tubuh.
Anak yang kekurangan asupan protein hewani berisiko Merasakan hambatan Kemajuan, Malahan stunting. Situasi ini dapat berdampak jangka panjang, mulai Untuk gangguan kognitif hingga masalah perkembangan fisik.
Bukan cuma daging sapi atau ayam, protein hewani juga bisa diperoleh Untuk berbagai sumber Minuman sehari-hari. Susu dan produk olahannya dapat menjadi pilihan, Sambil telur dikenal sebagai sumber protein lengkap yang praktis. Ikan pun penting, terutama ikan laut yang kaya omega-3.
Bersama memberi prioritas Ke protein hewani dan sumber mikronutrien, anak bisa tumbuh sehat, cerdas, dan mencapai potensi maksimalnya.
Waktu emas Kemajuan Si Kecil hanya terjadi sekali, & tak bisa terulang kembali. Jangan biarkan Gerakan Tutup Mulut (GTM) menghalangi tumbuh kembangnya. Setiap pilihan apapun, kapanpun – terasa seperti momen penentu yang Berencana membentuk masa Didepan Si Kecil. Yuk Moms kita ubah Gerakan Tutup Mulut (GTM) menjadi Gerakan Tumbuh Maximal Lantaran pilihan terbaik Bunda hari ini, menentukan masa Didepan Si Kecil esok hari.
Kini GTM bukan lagi drama, tapi #GerakanTumbuhMaximal #KarenaWaktuTakBisaKembali!
(suc/suc)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Bedanya Apa dan Dampaknya Di BB?