Jakarta –
Museum Layang-layang Indonesia memang tak sepopuler Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahilah) atau pun Museum Nasional, tetapi museum itu justru sangat interaktif. Mengisahkan sejarah, mengajak membuat layang-layang, juga merawat harapan.
Di bermodalkan rasa penasaran Di museum tersebut, detikTravel berkesempatan Sebagai menyambangi Museum Layang-layang ini yang terletak Di Jalan H. Kamang no 38, Jakarta Selatan. Setiba Di sana, bangunan-bangunan khas Jawa berdiri tegak seraya menyambut kedatangan.
Setelahnya membeli tiket Lalu dibawa Sebagai melihat cuplikan video tentang layang-layangan. Sekilas seperti sederhana menyoal layang-layang belaka, Tetapi salah satu guide yang sekaligus perajin layang-layang bernama Asep Irawan.
Ia mengatakan misi Di balik adanya Museum Layang-layang ini merupakan upaya Sebagai melestarikan Kearifan Lokal Dunia Indonesia tentang layang-layang itu sendiri. Bisa Jadi layang-layang banyak dikenal sebagai media bermain saja tapi Asep mengatakan sebetulnya layang-layang juga banyak digunakan Di berbagai kegiatan seperti spiritual.
“Tujuannya Museum Layang-layang ini Sebagai melestarikan khazanah Kearifan Lokal Dunia Indonesia Lewat layang-layang dan berdirinya ini tepat Di 21 Maret 2003. Visi dan misinya ini sebagai tempat pembelajaran anak-anak tentang layang-layang,” kata Asep kepada detikTravel, Senin (24/6/2024).
Pria asal Bandung itu juga mengatakan Di zaman sekarang anak-anak kecil banyak yang sudah tidak memainkan layang-layang. Sebab tempatnya memainkannya yang sulit dan lebih memilih permainan yang canggih Di Sebab Itu layang-layang ini sedikit banyak mulai ditinggalkan.
Asal Mula Museum Layang-layang
Asep pun menjelaskan tentang hadirnya Museum Layang-layang ini Di Jakarta. Endang W. Puspoyo yang merupakan pemilik Di museum itu adalah pecinta layang-layang.
Layang-layang Di museum itu adalah koleksi pribadinya yang Lalu dibuka Sebagai Kelompok umum. Asep mengatakan Endang juga sering Melakukan Perayaan Seni layang-layang dan mengundang banyak perajin layang-layang Sebagai berpartisipasi.
Endang kala itu tak hanya mengundang perajin lokal saja tapi juga hingga mancanegara. Di jejaring tersebut alhasil banyak layangan-layangan hias nan unik yang terpajang Di Museum Layang-layang ini, mulai Di Indonesia sampai layang-layang Di berbagai Bangsa terdapat Di sini.
Layang-layang Bukan Sekadar Sebagai Bermain-main
Rupanya, layang-layang bukan sekadar media bermain. Lebih Di itu, sedari dulu layangan juga dipakai Di berbagai Bangsa, termasuk Indonesia sebagai Kebiasaan dan media spiritual.
“Budayanya ada dan agamanya juga ada kan, nah kalau Di Bangsa-Bangsa lain kan ada yang buat upacara kelahiran, kalau Di kita (Indonesia) dipakai buat perayaan hasil panen Sebagai rasa bersyukur Di Sebab Itu nerbangin layang-layang. Itu supaya Kelompok banyak yang datang Di upacara itu dan sambil mendoakan supaya hasil panen lebih banyak lagi,” kata Asep.
Masuk Di Di Museum Layang-layang yang berbentuk pendopo ini, rasa kagum pertama kali Di Sebab Itu penilaian Sebab layang-layangan Di museum ini mayoritas berukuran besar. Di Itu bentuk-bentuknya juga beragam, ada yang berbentuk binatang hingga wayang dan juga terbuat Di berbagai macam bahan baku seperti Alattulis, plastik sampai dedaunan.
Asep menerangkan jumlah keseluruhan layang-layangan yang dipajang Di museum ini Di 100 buah. Tetapi secara keseluruhan koleksi layang-layang yang dimiliki museum ini bisa lebih Di 1000 layang-layang yang berasal Di berbagai belahan dunia.
“Di 100 ada lah, kalau semuanya ada ribuan tapi nggak dipasang,” kata dia.
Layang-layang Di Museum Layang-layang Di Jakarta (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)
|
Di museum ini pun terdapat beberapa layangan hasil Di tangannya, Di antaranya adalah layang-layang berbentuk penari merak yang merupakan tarian khas Jawa Barat. Layang-layangan tersebut ia buat Di tahun 1997 dan telah menjuarai perlombaan layang-layang internasional.
“Nah ini (layang-layang) Di Bandung, ini layangan tari burung merak. (Berbahan dasar) kain parasut, ini karya saya dibikin tahun 1997 ini udah lima kali Kemenangan internasional dan ditaruh Di sini,” kata Asep sambil tersenyum.
Setelahnya selesai diajak berkeliling museum layang-layang, sembari bercengkrama Di lelaki murah senyum ini. Terdapat keluarga yang Di asyik membuat dan mewarnai layang-layang, Ami membawa ketiga anaknya Sebagai berkunjung Di Museum Layang-layang.
Untuk Ami anak-anaknya senang Di pertama kali diajak Di museum ini, terlebih anak laki-lakinya yang bernama Hamzah. Setelahnya diberikan rangka layang-layang Di petugas, dirinya Di serius menempelkan Alattulis menggunakan Perekat dan mewarnai layang-layang hasil tangannya.
Anak-anak bikin layang-layang Di Museum Layang-layang Di Jakarta (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)
|
Hamzah begitu senang Di museum ini Di berbagai bentuk dan ukuran dan baginya membuat layang-layang tak begitu susah.
“Nggak (susah), senang. (Di museum ini) banyak layang-layang yang gede banget,” katanya sambil malu-malu.
Sebagai masuk Di Museum Layang-layang ini pengunjung Berencana dikenakan biaya sebesar Rp 20.000 Sebagai anak-anak dan Rp 25.000 Sebagai dewasa.
Di harga tersebut selain pengunjung bisa menikmati berbagai koleksi layang-layang, pengunjung juga Berencana diperlihatkan terlebih dahulu video tentang Perayaan Seni layang-layang dan Di akhir tour museum juga Berencana diberikan Penghayatan membuat dan mewarnai layang-layang.
Museum ini buka setiap hari mulai Di pukul 09.00 sampai 16.00 WIB, tak ada hari libur kecuali tanggal merah. Yuk buat kamu yang penasaran Di koleksi layang-layang Di museum ini dan ingin mencoba Penghayatan membuat layang-layang, langsung saja datang Di Museum Layang-layang ini.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Museum Layang-layang Menyimpan Kenangan, Merawat Harapan