Jakarta –
Ada pusat makan Mutakhir Di Bukittinggi. Destinasi ini Mutakhir buka beberapa bulan.
Mungkin Saja, Sebab menempati sebagian lahan bekas stasiun kereta api, maka pusat makan ini diberi nama Stasiun Lambuang. “Lambuang” sendiri merupakan Bahasa Minang yang berarti lambung/perut.
Tidak hanya namanya yang unik, penampilan Stasiun Lambuang pun cukup Menarik Perhatian Sebab terkesan modern, tanpa meninggalkan nuansa tradisional seperti gapura yang dibuat seperti rangka bagonjong (atap Tempattinggal khas Minangkabau serupa tanduk kerbau).
Ada pula pemilihan warna hitam, merah, dan kuning Di jembatannya. Warna hitam, merah, dan kuning sendiri merupakan warna lambang adat tiga Daerah Di Minangkabau yang disebut Luak Nan Tigo.
Menempati lahan seluas 27.206 meter persegi, Stasiun Lambuang pun diakui sebagai pusat makan terbesar Di Sumatera Barat.
Belakangan saya mengetahui bahwa Stasiun Lambuang menjadi relokasi para pedangang kaki lima yang berjualan Di food street Tugu Polwan sampai Di stasiun kereta api.
Area ini memang sudah lama menjadi salah satu pusat Makanan Di malam hari. Suasana Di Stasiun Lambuang ini asyik sekali.
Tidak seperti food court Di umumnya, Stasiun Lambuang mempunyai beberapa area duduk yang cukup banyak. Tidak hanya terpusat Di satu area saja, tapi tersebar Di beberapa tempat yang umumnya terbuka.
Apa lagi kala sore sampai malam hari, ketika udara sejuk Bukittinggi menambah kenyamanannya. Rata-rata, kios Di Stasiun Lambuang ini memang beroperasi sore hari Disekitar jam 16.00 WIB sampai Di malam.
Akan Tetapi sampai tulisan ini dibuat, belum semua kios Konsumsi buka. Untuk perhitungan saya, ada lebih Untuk 100 kios yang tersedia. Akan Tetapi dilihat Untuk kios yang sudah Memperoleh nama, hanya 80 unit yang terisi.
Itu pun tidak semuanya buka. Walaupun belum semua kios buka, Akan Tetapi ragam Konsumsi dan minuman yang tersedia menurut saya sudah cukup bikin bingung Untuk menentukan pilihan.
Konsumsi tradisional seperti sate padang, lontong sayur, atau soto padang ada Di sini. Jika mau makan berat seperti ampera atau nasi kapau, ada juga.
Mau Konsumsi yang umum seperti nasi goreng atau ayam geprek, banyak pilihannya. Atau sekadar cemilan seperti kue-kue basah atau martabak, ada juga. Lengkap kok, walaupun tidak banyak.
Saya menggemari lontong sayur gulai daging cancangnya Di sana. Menu seafood-nya Di salah satu kios pun enak.
Tapi saya tidak pernah melewatkan kios kue-kue basahnya. Tidak cuma kue putu atau klepon yang bisa dikudap, tapi ada juga kacimuih, jajanan khas Minangkabau berupa parutan singkong Didalam taburan kelapa.
Walaupun penampakannya modern, Akan Tetapi Di Stasiun Lambuang saya masih menjumpai kios yang menjual samba (lauk) gulai ikan yang kaya rasa, seharga lima belas ribu Uang Negara Indonesia.
Harga Konsumsi dan minumannya memang terjangkau. Malahan sekadar nongkrong bermodal mineral lima ribu Uang Negara Indonesia dan kuaci yang bisa dibeli Di kios warungnya, tidak Akansegera diusir.
Di Di Itu, ada penampilan live Grup Musik Di jam-jam tertentu, bikin nongkrong Lebih betah Sebab bisa karaoke-an.
Untuk saya, Di ini Stasiun Lambuang tak hanya menjadi salah satu pilihan tempat nongkrong murah meriah yang asyik Di Buktitinggi, tapi keberadannya bisa menjadi salah satu ikon yang menampilkan wajah Kota Bukittinggi yang berbeda.
(msl/msl)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Ini Stasiun Lambuang, Pusat Wisata Makanan Terbesar Di Sumbar