Wakil Rakyat menyoroti pembatasan BBM Bantuan Pemerintah yang direncanakan 17 Agustus 2024. FOTO/dok.SINDOnews
Dia memandang, argumentasi yang dilontarkan Luhut Binsar Pandjaitan Yang Terkait Bersama pembatasan pembelian BBM Bantuan Pemerintah mengacu Ke dinamika ekonomi Internasional yang terjadi beberapa pekan terakhir ini. Seperti melemahnya Kurs Mata Uang Kurs Mata Uang Nasional Pada Usd Amerika Serikat (AS) hingga tingginya harga Migas mentah dunia.
Di sisi lain, pengeluaran Dana Pendapatan dan Belanja Negeri (APBN) Meresahkan drastis, Tetapi tidak dibarengi Bersama pemasukan. Di Samping Itu, Perdagangan Keluar Negeri sejumlah Produk Internasional juga menurun. Luhut, lanjut Mulyanto, melihat Peristiwa Pidana ini bisa memperluas defisit fiskal. Agar, pembatasan BBM bersubsidi segara dilakukan agar bisa menghemat Dana Negeri.
“Kalau saya lihat argumennya, pertama argumennya Usd Lebih naik, kedua harga Migas juga anggaplah naik, semenatra APBN banyak pengeluaran dan juga Perdagangan Keluar Negeri Produk Internasional juga turun, kemungkinan defisit melebar, Bagi itu pembatasan BBM segera dilakukan,” ujar Mulyanto Di sesi wawancara Bersama MNC Trijaya, Sabtu (13/7/2024).
Kendati begitu, Mulyanto menyebut pernyataan Luhut perihal pembatasan BBM Bantuan Pemerintah mulai berlaku Ke 17 Agustus tahun ini tidak berdasar. Pasalnya, harga Migas dunia masih normal Di rata-rata harga Migas mentah Indonesia (IPC).
Diketahui, harga Migas West Texas Intermediate (WTI) AS Bagi Kesepakatan Agustus dipatok USD 82,21 per barel, turun 41 sen, atau 0,5 persen. Harga Migas AS telah naik 14,7 persen. Harga Migas Brent Bagi Kesepakatan September dipatok USD 85,03 per barel, turun 37 sen, atau 0,43 persen. Di awal tahun sampai Di ini harga Migas yang menjadi acuan Internasional ini telah naik 10,4 persen.
Bagi Kurs Mata Uang, tercatat Kurs Mata Uang Nasional Di pasar spot mampu mempertahankan penguatan hingga akhir perdagangan, Jumat (12/7/2024), Kurs Mata Uang Nasional spot ditutup Di level Rp 16.137 per Usd AS. Hal ini membuat Kurs Mata Uang Nasional menguat 0,36 persen dibanding penutupan hari Sebelumnya Itu Di Rp 16.195 per Usd AS. Pergerakan Kurs Mata Uang Nasional berbanding terbalik Bersama mayoritas Kurs Mata Uang Di Asia.
“Hari ini saya cek harga Migas masih Di 82 Usd per barel, itu masih Di batas ICP kita. Kedua Usd Di Rp 18.840 turun terus, sekarang Rp16.100, Bersama Sebab Itu Di konteks itu pernyataan pak Luhut tak punya dasar,” beber dia.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Wakil Rakyat Sebut Ide Pembatasan BBM Bantuan Pemerintah versi Luhut Tak Berdasar