Jakarta –
Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia yang sering ditemukan Untuk produk plastik, seperti botol minum, wadah Konsumsi, pelapis kaleng, dan galon isi ulang. Ketika galon terpapar panas atau digunakan berulang kali, BPA bisa larut Ke Untuk air yang diminum setiap hari.
Meski demikian, BPA dikenal sebagai pengganggu endokrin yang dapat memengaruhi Kesejajaran hormon Untuk tubuh. Eksperimen terbaru Menunjukkan paparan BPA Memperoleh dampak serius Di Kesejajaran metabolik manusia, termasuk risiko obesitas, diabetes, dan Penyakit kardiovaskular (jantung).
Studi epidemiologis dan eksperimental telah Menunjukkan BPA dapat diserap Di cepat Di tubuh Lewat Konsumsi atau kontak kulit. Sesudah masuk Ke Untuk tubuh, BPA dimetabolisme Di hati dan diekskresikan Lewat urine.
Tetapi, paparan yang terus-menerus dan akumulasi Untuk tubuh dapat mengganggu fungsi hormon, terutama yang Yang Terkait Di Di metabolisme dan perkembangan.
Mengutip jurnal Sustainable Environment Research (2024), BPA dapat berinteraksi Di reseptor estrogen dan memengaruhi jalur metabolisme steroid. Gangguan ini dapat menyebabkan perubahan signifikan Untuk pengaturan metabolisme glukosa, yang berujung Ke peningkatan risiko obesitas dan diabetes tipe 2.
Di Itu, Eksperimen Menunjukkan bahwa paparan BPA Pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan perkembangan Ke janin, termasuk risiko obesitas dan Penyakit jantung Ke masa dewasa.
Tak hanya Ke dewasa, paparan BPA juga bisa mengintai anak-anak dan pekerja yang sering berinteraksi Di bahan yang mengandung BPA. Pekerja Ke industri tertentu, seperti produksi plastik dan resin, Memperoleh risiko lebih tinggi Di paparan BPA dan dampak kesehatannya.
Studi Menunjukkan paparan BPA Untuk jangka panjang dapat menyebabkan gangguan Ke sistem reproduksi, penurunan fungsi tiroid, dan Justru peningkatan risiko kanker (BioMed Central).
Mengingat dampak Kesejajaran yang signifikan Di BPA, upaya Sebagai Mengurangi paparan harus menjadi prioritas. Beberapa Negeri telah Mengintroduksi regulasi Sebagai membatasi penggunaan BPA Untuk produk konsumen, terutama yang ditujukan Sebagai anak-anak dan ibu hamil.
Ke Indonesia sendiri, Badan Pengawas Terapi dan Konsumsi (BPOM) Menerbitkan Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Terapi dan Konsumsi Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Ketahanan Pangan Olahan Ke 5 April 2024 silam.
Ke Pasal 48a mengatur kewajiban pencantuman label cara penyimpanan air minum kemasan, Sambil Itu Pasal 61A mewajibkan pencantuman label peringatan risiko BPA Ke semua galon air minum bermerek yang menggunakan kemasan polikarbonat. Aturan ini Akansegera berlaku Ke 2028 mendatang.
Di Itu, Komunitas diimbau Sebagai lebih bijak Untuk memilih produk yang bebas Di BPA, seperti menggunakan wadah kaca atau stainless steel Sebagai Konsumsi dan minuman.
Kesadaran Akansegera bahaya BPA perlu ditingkatkan Lewat Belajar publik dan Eksperimen Lebih Jelas Sebagai menentukan batas aman paparan BPA. Langkah-langkah preventif ini penting Sebagai melindungi Kesejajaran Komunitas dan Mengurangi risiko Penyakit yang berhubungan Di paparan kimia ini.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Studi Sebut Dampak Buruk BPA Di Kesejajaran Metabolik Manusia